27.9.11

Cinta Seorang Suami

Eko Pratomo Suyatno, siapa yang tidak kenal lelaki bersahaja ini? Namanya sering muncul di koran, televisi, di buku-buku investasi dan keuangan. Dialah salah seorang dibalik kemajuan industri reksadana di Indonesia dan juga seorang pemimpin dari sebuah perusahaan investasi reksadana besar di negeri ini.

Dalam posisinya seperti sekarang ini, boleh jadi kita beranggapan bahwa pria ini pasti super sibuk dengan segudang jadwal padat. Tapi dalam note ini saya tidak akan menyoroti kesuksesan beliau sebagai eksekutif. Karena ada sisi kesehariannya yang luar biasa!!!! Usianya sudah tidak terbilang muda lagi, 60 tahun. Orang bilang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, tapi Pak Suyatno masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Dikaruniai 4 orang anak. Dari isinilah awal cobaan itu menerpa, saat istrinya melahirkan anak yang ke empat. tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi. Setiap hari sebelum berangkat kerja Pak Suyatno sendirian memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi dan mengangkat istrinya ke tempat tidur. Dia letakkan istrinya di depan TV agar istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya sudah tidak dapat bicara tapi selalu terlihat senyum. Untunglah tempat berkantor Pak Suyatno tidak terlalu jauh dari kediamannya, sehingga siang hari dapat pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya adalah jadwal memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa menanggapi lewat tatapan matanya, namun begitu bagi Pak Suyatno sudah cukup menyenangkan. Bahkan terkadang diselingi dengan menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan penuh kesabaran dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka. Sekarang anak- anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah. Pada suatu hari…saat seluruh anaknya berkumpul di rumah menjenguk ibunya karena setelah anak-anak mereka menikah dan tinggal bersama keluarga masing-masing Pak Suyatno memutuskan dirinyalah yang merawat ibu mereka karena yang dia inginkan hanya satu ‘agar semua anaknya dapat berhasil’. Dengan kalimat yang cukup hati-hati, anak yang sulung berkata: “Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak……bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu.” Sambil air mata si sulung berlinang. “Sudah keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini, kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”. Si Sulung melanjutkan permohonannya. ”Anak-anakku…Jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi, tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih dari cukup,dia telah melahirkan kalian….*sejenak kerongkongannya tersekat*… kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini ?? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya seperti sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit.” Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anaknya Kisah Paling Menyedihkan Kisah Paling Mengharukan Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno, merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata Ibu Suyatno..dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu…… Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa-apa….disaat itulah meledak tangisnya dengan tamu yang hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru. Disitulah Pak Suyatno bercerita : “Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian itu adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 anak yang lucu-lucu..Sekarang saat dia sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama… dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit…” Sambil menangis ”Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya hanya dapat bercerita kepada Allah di atas sajadah..dan saya yakin hanya kepada Allah saya percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya…”BAHWA CINTA SAYA KEPADA ISTRI, SAYA SERAHKAN SEPENUHNYA KEPADA ALLAH”. Itulah cerita / Kisah Paling Mengharukan yang semoga dapat menjadi teladan bagi anda yang sudah menikah bahwa cinta sejati bukan memandang dari mata, tapi dari hati. Jangan lupa baca juga kisah yang menyentuh hati berikut.

Read More......

20.9.11

Sinopsis “Eat, Pray, Love”

Eat, Pray, Love adalah film yang diangkat dari buku best seller karya Elizabeth Gilbert. Buku Eat, Pray, Love sendiri menceritakan kisah penulis yang bangkit dari keterpurukan setelah perceraian dari perkawinannya yang tidak membawa kebahagiaan dalam hidupnya. Pencarian makna hidupnya dilalui dengan melakukan perjalanan ke beberapa tempat di dunia, salah satunya di Bali Indonesia. Dengan begitu kepopuleran Buku Eat, Pray, Love juga ikut meningkatkan popularitas Bali di mata Internasional. Begitupun dalam pembuatan filmnya berlokasi di beberapa tempat di Bali Indonesia. Mau tau kisah dalam film “Eat, Pray, Love”? berikut sedikit ringkasan kisah nyata Elizabeth Gilbert yang berprofesi sebagai seorang jurnalis yang resah mencari makna kehidupan (dikutip dari kompas.com). Memasuki usia 30 tahun, Gilbert telah mendapatkan semua yang diinginkan oleh seorang wanita Amerika modern, yaitu seorang pendamping hidup, rumah mewah, dan karier yang cemerlang.

Namun, semua itu tak membuatnya bahagia. Gilbert yang ambisius justru menjadi panik, sedih, dan bimbang menghadapi kehidupannya. Gilbert merasakan pedihnya perceraian, depresi, kegagalan cinta, dan kehilangan pegangan dalam hidupnya. Untuk memulihkan dirinya, Gilbert pun mengambil langkah yang cukup ekstrem. Dia meninggalkan pekerjaan dan orang-orang yang dikasihinya untuk melakukan petualangan seorang diri berkeliling duniaBagi seorang perempuan yang berpenampilan menarik, perjalanan solo ini jelas petualangan seru. Makan, doa, dan cinta adalah catatan kejadian di bulan-bulan pencarian jati dirinya itu. Dalam petualangannya itu, Gilbert menetapkan tujuan ke tiga tempat berbeda. Di setiap negara, ia meneliti aspek kehidupan dengan latar budayanya masing-masing. Italia menjadi tempat tujuan pertamanya. Di negeri yang elok ini, Gilbert mempelajari seni menikmati hidup dan bahasa Italia. Tak lupa, ia juga mengumbar nafsu makannya dengan menyantap aneka masakan Italia yang enak-enak. Wajar saja jika kemudian bobot tubuhnya pun bertambah 12 kilogram. Dari Italia, Gilbert bertolak menuju India. Di negeri ini dia mempelajari seni devosi atau penyerahan diri di sebuah Ashram atau padepokan Hindu. Ia menghabiskan waktu empat bulan untuk mengeksplorasi sisi spiritualnya. Akhirnya, Bali menjadi tujuan terakhirnya. Di Pulau Dewata inilah wanita matang ini menemukan tujuan hidupnya, yakni kehidupan yang seimbang antara kegembiraan duniawi dan ketenangan batin. Ia menjadi murid seorang dukun tua bernama Ketut Liyer yang juga seorang pelukis dan peramal lewat bacaan garis tangan. Gilbert juga bersahabat dengan Nyoman, penjual jamu tradisional Bali. Dan yang terpenting, di Bali, Gilbert yang sudah apatis dan merasa tak akan pernah lagi bisa berhubungan romantis dengan lelaki mana pun, akhirnya malah menemukan kembali cinta sejati pada diri Felipe, pria separuh baya asal Brasil yang jauh lebih tua darinya. Film Eat, Pray, Love ini dibuat oleh orang-orang ternama di perfilman Internasional. Disutradarai oleh Ryan ">Murphy, produser Brad Pitt dan Dede Gardner, penulis naskah Ryan Murphy dan Jennifer Salt. Pemain yang dilibatkan Julia Roberts (Elizabeth Gilbert), Javier Bardem (Felipe), Richard Jenkins (Richard), Viola Davis (Delia).

Read More......

Mau Langsing? Bangunlah Lebih Pagi

Anda merasa badan gemuk dan ingin menjadi lebih langsing? Ada cara yang cukup mudah dan sederhana yang dapat dilakukan. Para ahli di Inggris menganjurkan, mulailah membiasakan diri untuk bangun dan beraktivitas lebih pagi setiap hari. Percaya atau tidak, menurut sebuah studi terbaru dari London, mereka yang terbiasa bangun lebih pagi akan memiliki bentuk tubuh lebih ramping, lebih bahagia, dan sehat ketimbang mereka yang terbiasa bangun di siang hari. Para peneliti di Universitas Roehampton Inggris menyimpulkan, bangun pagi juga memberikan manfaat lain seperti misalnya tiba di tempat kerja tepat waktu, menyiapkan segala keperluan sekolah anak lebih awal, dan menyelesaikan pekerjaan rumah lebih cepat. Peneliti menambahkan, pada orang yang mempunyai kebiasaan begadang hingga larut malam, biasanya akan cenderung memiliki perasaan tertekan atau stres lebih tinggi dan berpotensi mengalami kelebihan berat badan. Dalam pengamatannya, peneliti telah mewawancarai 1.068 orang dewasa terkait kesehatan dan kebiasaan tidur mereka. Hasilnya diketahui bahwa mereka yang terbiasa bangun pagi umumnya rata-rata mengawali aktivitas lebih awal, lebih bahagia dan bobot yang lebih ideal. "Ada orang pagi dan orang malam. Mereka yang biasa bangun pagi cenderung lebih sehat dan bahagia serta memiliki indeks massa tubuh lebih rendah," ucap salah seorang peneliti, Dr Joerg Huber. Dalam konferensi British Psychological Society, Huber menjelaskan alasan mengapa yang rutin bangun pagi lebih beruntung dan punya kualitas hidup lebih baik. Hal itu merujuk pada fakta bahwa melakukan tugas-tugas rutin di pagi hari dan mengurus anak di saat yang tepat justru membantu membuat tubuh menjadi lebih bugar di tengah ketatnya kehidupan modern. "Mungkin tipe orang yang rutin bangun pagi lebih cocok untuk dunia industri seperti saat ini, ketimbang mereka yang bangun kesiangan," tegasnya.

Read More......